Wednesday, June 20, 2007

Ibn Arabi said;

Tuhan, Yang Maha Berada dan Maha Berkuasa,
tidak bisa dibatasi dengan keyakinan apa pun, sebab Tuhan berfirman, 
‘Ke mana pun engkau memalingkan pandanganmu, maka di sanalah ada wajah Allah’.
Semua orang akan memakai kepercayaannya. Tuhannya adalah apa yang diciptakannya sendiri”.

Dengan seperti itu, hati Ibn Arabi menjadi
“Bisa menerima berbagai bentuk (citra), 
Biara bagi sang rahib, 
Kuil bagi arca-arca, 
Padang rumput bagi rusa-rusa, 
peziarah bagi Ka’bah, 
Lembaran Taurat dan Al-Quran”.
(Muhyidin bin Arabi, Tarjuman al-Asywaq, Dar al-Shadar, hal. 43).

Bagaimana otak bekerja?

Aku memvisualisasikan otakku begini; beribu, atau berjuta bola yang berisi gumpalan informasi, berputar-putar dalam lintasan yang acak. Setiap bola terdiri dari elemen deskriptif dari sebuah objek. Mereka saling menempel dengan titik singgung semantik. 

Misalnya, ketika sebuah kata "TV" dijadikan kata kunci, maka kumpulan bola akan muncul, berisi informasi tentang berbagai macam bentuk fisik sebuah TV; CRT, Projection TV, LCD, plasma; bagaimana cara kerja masing-masing jenis TV tersebut; perkembangan teknologi TV, dari hanya tabung cahaya sederhana sampai kristal cair; lalu TV apa saja yang sudah pernah aku punya, dari jaman TK sampai yang sekarang aku pakai; acara-acara yang ada di TV: film, infotainment, sampai sinetron hidayah; dan segala macam deskripsi yang menyertainya.

Ketika sampai pada kata "film", maka itu adalah sebagai titik singgung antara "TV" dengan bola informasi lain yang berisi tentang deskripsi dari "film", ada jenis-jenis film: action, horor indonesia, psikologis, thriller, bla bla; lalu temenku yang ternyata profesinya sutradara; cecep, agra, juki; etc.

Nah, di otakku sangat minim parameter timeline. Sebuah gumpalan informasi jarang diikuti kapan itu terjadi, bagaimana urutan peristiwa demi peristiwanya. Sehingga aku tidak bisa menceritakan sesuatu secara naratif. Dan itu berkebalikan dengan otak shari, istriku.

Otak shari, kalau divisualisasikan adalah seperti gulungan pita seluloid, yang bertambah panjangnya dari waktu ke waktu. Ketika misalnya dia membuka memori tentang Dog's Tail, sebuah toko pernak-pernik anjing di Legian yang kami kunjungi selama liburan kami kemarin, maka gulungan yang terbuka adalah berupa photographic memory lengkap dengan timestamp per frame. Dia akan bisa menceritakan secara naratif dan deskriptif perjalanan kami menuju toko itu, jalan apa saja yang kami lewati, toko-toko apa yang ada di sebelah kiri dan kanannya, bahkan susunan barang yang dijual, secara detil. Very amazing to me.